ADD THE SLIDER CODE HERE

Minggu, 24 Juni 2012

Energi Istimewa Indonesia

Ketika menciptakan Indonesia mungkin Tuhan benar – benar senang hingga Indonesia begitu cantik dan gemah ripah loh jinawi.

Ada banyak masalah energi yang disinggung dalam berbagai forum saat ini. Misalnya saja, akhir – akhir ini banyak wacana yang mengemuka bahwa pemerintah akan mengurangi subsidi bahan bakar minyak guna menyelamatkan APBN Indonesia.

Sebagai Negara dengan banyak penduduk secara otomatis Indonesia merupakan sebuah Negara dengan kebutuhan energi yang tidak sedikit. Dalam hal penerangan misalnya, dibutuhkan ribuan daya untuk bisa membuat setiap rumah di Indonesia memiliki penerangan yang layak. Bahkan pada zaman yang menuntut segalanya harus cepat dan kendaraan, kebutuhan BBM misalnya semakin banyak.


Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, di tahun 2009 jumlah kendaraan (angkutan umum, bis, truk, dan sepeda motor) berjumlah lebih dari 70 juta unit dengan jumlah terbanyak sepeda motor (lebih dari 52 juta unit).Banyaknya jumlah kendaraan tersebut berbanding lurus dengan banyaknya konsumsi bahan bakar di Indonesia. Tahun 2006, konsumsi BBM di Indonesia mencapai 1,84 juta bph (barel per hari), bila dibandingkan dengan negara-negara lain yang mengkonsumsi BBM di bawah 1 juta bph, Indonesia termasuk negara yang boros konsumsi BBM.

Potret semacam itu pastilah ironis ditengah keluhan banyaknya kemiskinan, pengangguran, dan carut marut kisruh sosial lainnya. Saat Indonesia masih mengeluhkan perkara uang dan uang, alangkah elok jika isu energi alternatif bisa menyelamatkan keuangan dan keborosan.


Bicara soal energi alternatif, sebetulnya Indonesia merupakan harta karun energi yang terbesar di dunia. Bisa kita perhatikan dan dirasakan secara kasat mata.
Dalam penemuan banyak pakar energi, seperti air, angin, bioteknologi, pemanfaatan pesawat sederhana dsb. Merupakan suatu energi alternatif yang seharusnya diaplikasikan.

Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) merupakan salah satu pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan berupa air. Tenaga air telah berkontribusi banyak bagi pembangunan kesejahteraan manusia sejak beberapa puluh abad yang lalu. Beberapa catatan sejarah mengatakan bahwa penggunaan kincir air untuk pertanian, pompa dan fungsi lainnya telah ada sejak 300 SM di Yunani, meskipun peralatan-peralatan tersebut kemungkinan telah digunakan jauh sebelum masa itu. Pada masa-masa antara jaman tersebut hingga revolusi industri, aliran air dan angin merupakan sumber energi mekanik yang dapat digunakan selain energi yang dibangkitkan dari tenaga hewan. Perkembangan penggunaan energi dari air yang mengalir kemudian berkembang secara berkelanjutan sebagaimana dicontohkan pada desain tenaga air yang menakjubkan pada tahun 1600-an untuk istana Versailles dibagian luar Paris, Prancis. Sistem tersebut memiliki kapasitas yang sepadan dengan 56 kW energi listrik.

Indonesia memiliki ribuan sungai yang besar, yang berarus dan sepanjang tahun selalu memiliki debit air. Seharusnya, pemanfaatan semacam ini sangat mungkin diaplikasikan, SDA Indonesia sangat mumpuni untuk itu.

Selanjutnya yang istimewa ialah Angin.

Kombinasi dari penggunaan listrik tenaga angin, tenaga surya, dan tenaga micro hidro mampu mengatasi krisis energi dan mengurangi pencemaran lingkungan. Untuk tenaga angin selama kincir berputar maka suplai listrik terus terpenuhi walau hari sudah gelap. Ingatlah bahwa matahari meradiasi 1,74 x 1.014 kilowatt jam energi ke bumi setiap jam. Jadi bumi menerima 1,74 x 1.017 watt daya. Pesisir pantai Indonesia kaya akan hembusan angin.

Tentunnya bagi Indonesia, angin adalah kawan dan lawan. Jika dimanfaatkan angin bisa memutar kincir serta memutar turbin yang bisa menimbulkan energi listrik.
Selain itu, yang istimewa lagi ialah dari buangan bisa tercipta kekuatan, yakni biogas.

Para peneliti tersebut memanfaatkan bakteri khusus untuk mengurai kotoran sapi menjadi metana. Gas inilah yang nantinya bisa diolah menjadi sumber energi baru. Selain itu, dengan bakteri ini, pencemaran dari kotoran sapi, baik bau ataupun limbahnya, bisa dihilangkan. Profesor Muthanna Al-Dahhan, dari Washington University yang memimpin proyek ini mengatakan bahwa proses penguraian kotoran sapi menjadi metana tidak terlalu rumit sehingga petani biasa bisa melakukannya. “Setiap tahun, peternakan sapi di dunia menghasilkan sekira 1,8 miliar ton kotoran. Peternak dapat mengubah kotoran itu menjadi bioenergi yang ramah lingkungan dengan bakteri,”sebut Muthanna Al-Dahhan.

Bukan rahasia lagi, Indonesia merupakan Negara potensial animal – agriculture. Peternakan merupakan mata pencaharian masyarakat. Sehingga, biogas sangat mungkin dibuat disetiap tempat berpotensi peternakan. Bahkan, bukan suatu syarat peternakan besar. Dengan satu dua ternak sapi misalnya, kebutuhan biogas sebuah rumah bisa dipenuhi.
Ada banyak lagi energi istimewa Indonesia lain. Seperti bio ethanol dari ketela yang bisa saja digunakan untuk mengganti bahan bakar premium. Betapa banyak potensi Indonesia yang belum tergali dengan maksimal.

Akan tetapi, sayang sekali dengan semua kemajuan yang ingin dicapai. Berdasar pengamatan penulis pribadi, Indonesia adalah tipe Negara yang takut membuat sesuatu hal yang baru. Takut dengan resiko, takut dengan kegagalan yang memang sangat mungkin menjadikan kebangkrutan. Pemerintah seolah memang enggan untuk membiayai penelitian, melakukan konversi besar besaran dan membuat energi baru. Pemerintah hanya berani menerapkan jika di Negara lain sudah terbukti keberhasilannya.

Di sekitar kita ada banyak emas, namun kita enggan untuk menggalinya. Begitulah energi istimewa Indonesia yang sebenarnya sangat banyak dan berupa – rupa. Tinggal pengembangan dan dukungannya. Semoga generasi berikutnya bisa mewujudkan apa yang menjadikan Indonesia lebih ramah dan berterimakasih untuk lingkungan pada Tuhannya. (Arfika & Udhi)

- Sumber referensi : www.matoa.org , www.kincirangin.info, www.kompas.com
- Pernah dimuat : investo.4presentation.net

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More